Obat merupakan segala bentuk zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya.
Di masa lalu (sampai sekarang
), kebanyakan obat berasal dari tanaman. Orang purba mengobati
penyakit dari cara coba-mencoba. Istilah kerennya sih “empiris”. Empiris
berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta dikembangkan secara
turun-temurun hingga muncul apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau
yang lazimnya disebut Pengobatan Tradisional Jamu.
Akan
tetapi, tidak semua obat “memulai” sejarahnya sebagai obat anti
penyakit. Ada obat yang pada awalnya digunakan sebagai racun seperti strychnine & kurare yang digunakan sebagai racun-panah oleh penduduk pedalaman Afrika. Contoh yang paling up to date adalah nitrogen-mustard (awalnya digunakan sebagai gas beracun saat perang dunia pertama) sebagai obat kanker.
Jenis
obat nabati ini biasanya digunakan dengan jalan direbus. Efek yang
dihasilkan pun berbeda-beda, tergantung dari asal tanaman dan cara
pembuatannya. Nah, kondisi seperti inilah yang melatarbelakangi para
ahli kimia untuk mengisolasi zat-zat aktif yang terdapat dalam tumbuhan
berkhasiat obat.
Sudah banyak zat-zat kimia yang berhasil diisolasi, seperti efedrin (dari tanaman Ma Huang – Ephedra vulgaris), digoksin (digitalis lanata), genistein (dari kacang kedelai) dan lainnya.
Baru sekitar pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai “menampakkan diri”. Aspirin
salah satu indikator kemajuan obat kimia sintetis saat itu. Pada tahun
1935 terjadi gebrakan dalam penemuan dan penggunaan kemoterapeutika sulfanilamid yang disusul penisilin
pada tahun 1940. Seperti diketahui bersama, secara tradisional,
sebenarnya luka bernanah dapat disembuhkan dengan menutupinya dengan
kapang-kapang dari jenis tertentu, tetapi baru sekitar tahun 1928
khasiat ini baru diselidiki secara ilmiah oleh Dr. Alexander Fleming. Dari hasil penelitian Dr. Alexander Fleming, ditemukanlah penisilin.
Sejak
saat itu, beribu-ribu zat sintetis diketemukan (diperkirakan sekitar
500 zat per tahun-nya). Hal ini membuat perkembangan di bidang Farmakoterapi meningkat pesat.
Secara umum, kebanyakan obat “kuno” telah ditinggalkan dan diganti obat yang lebih “modern”. Eits, bukan berarti obat modern bisa “santai”, sebab persaingan selanjutnya adalah antar sesama obat modern. Pasalnya obat modern dapat terganti dengan obat modern yang lebih baru dan lebih berkhasiat serta lebih efektif.
Meski
begitu, diperkirakan lebih dari 78% obat yang beredar sekarang adalah
merupakan hasil dari penemuan tiga dasawarsa terakhir
0 komentar:
Posting Komentar